Laga Persib Bandung vs Persija Jakarta Minggu 3/3 sore
kemarin menyisakan banyak momen bagi saya, dan banyak hal yang dapat saya
pelajari dari laga tersebut, bahwa sikap menerima dan intropeksi diri adalah
sikap yang harus kita tanamkan dalam diri setiap supporter.
Panasnya atmosfer kedua supporter sudah terasa jauh sebelum
hari H laga klasik ini digelar, psywar antar kedua supporter klub ini di sosial
media twitter bahkan sudah mulai saat laga Pelita Bandung Raya menjamu Persija
Jakarta di Siliwangi Bandung, dengan hasil akhir kemenangan untuk Pelita
Bandung Raya.
Psywar memang tidak aneh bagi kami, karena kedua supporter
merasa klubnya lah yang paling hebat, sebelum laga digelar kedua supporter ini
berusaha saling menjatuhkan mental lawannya melalui sosial media twitter
ataupun facebook, psywar masih terus berlanjut bahkan setelah laga ini
berakhir.
Saya pun sama dengan teman-teman yg lain, psywar di sosial
media sebelum laga di mulai seperti hal yang wajib dilakukan bagi saya pribadi
atau teman-teman saya sesama supporter, kata-kata atau fakta yang menjatuhkan
kami tuangkan di sosial media bermaksud untuk saling menjatuhkan supporter
lawan. Beberapa saat setelah membaca tweet yang masuk ke akun pribadi saya,
saya sempat tersenyum dan terdiam membaca salah satu tweet yang masuk yang
isinya kurang lebih seperti ini, “ Hidup di pasundan di kota Bogor
malah dukung Persija, tidak pantas *&^(*# “.” Kata-kata terakhir
tidak layak untuk saya tuliskan
Timbul pertanyaan dalam diri saya, apakah orang sunda harus
selalu menjadi bobotoh dan mendukung Persib Bandung?? Apa orang sunda tidak
boleh menyukai klub manapun kecuali Persib?? Saya pikir tidak, hak bagi setiap
orang untuk mencintai klub manapun, tak peduli dia berasal dari suku atau
daerah manapun. Orang sunda tidak harus selalu mendukung Persib Bandung dan
menjadi seorang Bobotoh, karena setiap orang mempunyai hak, setiap orang berhak
memilih klub mana yang ia suka dan yang akan ia dukung tidak peduli itu tak
sesuai dengan kota tempat ia tinggal atau lahir.
Saya lahir dan tinggal di tanah pasundan, tapi saya
mencintai Persija Jakarta, tentu itu bukan hal yang patut untuk
dipermasalahkan, karena masih banyak contoh seperti yang saya alami.
Hak bagi setiap warga negara untuk mendapat pendidikan dan
kedudukan yang sama dimata hukum, dan begitu juga supporter mempunyai hak bagi
dirinya sendiri untuk mencintai klub manapun tak peduli dia berasal dari
belahan dunia manapun.
Kita hidup di Indonesia negara kepulauan yang sangat luas
dari sabang sampai merauke, beragam suku bangsa, beragam latar belakang,
bermacam-macam sudut pandang. Dan kita hidup di negara demokrasi, sudah
seharusnya kita dapat saling menghargai pendapat atau pilihan seseorang, tak
peduli itu sejalan, tak peduli itu berbeda. Satu tujuan bagi kita semua adalah
untuk mendukung sepakbola negeri ini berharap agar menjadi lebih baik lagi.
Karena suatu saat nanti kita akan berdiri dalam satu tribun,
berada dalam satu ruang, memakai satu warna kebangaan, untuk mendukung
tim republik tercinta ini, mendukung para punggawa garuda, tak peduli kita
berasal dari daerah mana, dan tak peduli kita mendukung klub apa, karena kita
tetap dalam 1 tanah air, tanah air Indonesia.